Prinsip-Prinsip
Pengembangan Dan Modifikasi Olahraga
Ripit
Purbo Negoro S.PD
A.
Latar Belakang
Modifikasi
Penyelenggaraan
program pendidikan jasmani (Penjas) hendaknya mencerminkan karakteristik
program pendidikan jasmani itu sendiri, yaitu “Developmentally Appropriate
Practice” (DAP). Artinya bahwa tugas ajar yang disampaikan harus memperhatikan
perubahan kamampuan atau kondisi anak, dan dapat membantu mendorong perubahan
tersebut.
Modifikasi merupakan salah satu upaya yang
dapat dilakukan oleh para guru penjas agar proses pembelajaran penjas dapat
mencerminkan DAP. Tidak sedikit guru penjas yang terjebak dalam ketergantungan
penyajian materi pemelajaran penjas kepada hal-hal yang sifatnya prinsip dan
standar serta harus sesuai dengan kurikulum yang sudah ditentukan. Minimnya
fasilitas dan perlengkapan pendidikan jasmani yang dimiliki sekolah-sekolah,
menuntut guru penjas untuk lebih kreatif dalam memberdayakan dan mengoptimalkan
penggunaan fasilitas dan perlengkapan yang ada.sesuai dengan kondisi siswa dan
sekolahnya. Tidak sedikit siswa yang merasa gagal atau kurang menyukai materi
pemelajaran yang disampaikan oleh gurunya karena kemapuan guru dalam
menyampaikan materi yang diberikan, baik dalam penggunaan fasilitas dan
perlengkapn yang digunakan, dalam penyajian materi, dalam mengoptimalkan
lingkungan pembelajaran maupun dalam mengevaluasi hasil pembelajaran. Esensi
modifikasi adalah menganalisis sekaligus mengembangkan materi pelajaran dengan
cara meruntunkannya dalam bentuk aktivitas belajar yang potensial sehingga
dapat memperlancar siswa dalam belajarnya.
B.
Apa dan Mengapa
Dimodifikasi ?
1.
Apa yang dimodifikasi?
Beberapa aspek
analisis modifikasi ini tidak terlepas dari pengetahuan guru tentang: tujuan, karakteristik materi, kondisi lingkungan
, dan evaluasinya.
Khusus dalam penjas, disamping pengetahuan dan pemahaman yang
baik tentang tujuan, karakteristik
materi, kondisi lingkungan, dan evaluasi, keadaan fasilitas,
perlengkapan dan media pengajaran penjas yang dimiliki oleh
sekolah akan mewarnai kegiatan pembelajaran itu sendiri.
Seperti telah
dibahas bahwa minimnya fasilitas dan perlengkapan pendidikan jasmani yang
dimiliki sekolah-sekolah, menuntut guru penjas untuk lebih kreatif dalam
memberdayakan dan mengoptimalkan penggunaan fasilitas dan perlengkapan yang
ada.sesuai dengan kondisi siswa dan sekolahnya. Dengan melakukan modifikasi
fasilitas maupun perlengkapan tersebut sebenarnya tidak akan mengurangi
aktivitas siswa dalam melaksanakan pelajaran penjas melainkan sebaliknya, siswa
lebih aktif karena siswa difasilitasi untuk lebih banyak bergerak, dengan
pendekatan bermain dalam suasana riang gembira.
C.
Mengapa dimodifikasi?
Lutan (1988) menyatakan:
Modifikasi dalam mata pelajaran pendidikan jasmani diperlukan dengan tujuan
agar:
a.
Siswa
memperoleh kepuasan dalam mengikuti pelajaran
b.
Meningkatkan
kemungkinan keberhasilan dalam berpartisipasi
c.
Siswa
dapat melakukan pola gerak secara benar
Pendekatan modifikasi ini dimaksudkan
agar materi yang ada di dalam kurikulum dapat disajikan sesuai dengan
tahap-tahap perkembangan kognitif, afektif dan psikomotorik anak.
Aussie (1996), mengembangkan
modifikasi di Australia dengan pertimbangan:
a.
Anak-anak
belum memiliki kematangan fisik dan emosional seperti orang dewasa.
b.
Berolahraga dengan peralatan dan peraturan
yang dimodifikasi akan mengurangi cedera pada anak,
c.
Olahraga
yang dimodifikasi akan mampu mengembangkan keterampilan anak lebih cepat
dibanding dengan peralatan standard untuk orang dewasa, dan
d.
Olahraga yang dimodifikasi menumbuhkan
kegembiraan dan kesenangan pada anak-anak dalam situasi kompetitif.
Dari pendapat tersebut
dapat diartikan bahwa pendekatan modifikasi dapat digunakan sebagai suatu
alternatif dalam pembelajaran pendidikan jasmani.
D.
MODIFIKASI TUJUAN PEMBELAJARAN
Aspek analisis
modifikasi ini tidak terlepas dari pengetahuan guru tentang: tujuan, karakteristik materi, kondisi
lingkungan , dan evaluasinya.
Modifikasi pembelajaran dapat dikaitkan
pula dengan tujuan pembelajaran, dari mulai tujuan yang paling rendah sampai
dengan tujuan yang paling tinggi. Modifikasi tujuan pembelajaran ini dapat
dilakukan dengan cara membagi tujuan pembelajaran ke dalam tiga komponen yakni:
tujuan perluasan, tujuan penghalusan
dan tujuan penerapan.
a.
Tujuan perluasan maksudnya adalah tujuan
pembelajaran yang lebih menekankan pada perolehan pengetahuan dan kemampuan
melakukan bentuk atau wujud keterampilan yang
dipelajarinya tanpa memperhatikan aspek efisiensi atau efektifitasnya.
Misalnya : siswa dapat
mengetahui dan melakukan gerakan melompat dalam lompat jauh. Dalam contoh ini
tujuan lebih banyak menekankan agar siswa mengetahui esensi lompat melalui
peragaan.
Dalam kasus ini peragaan tidak
mempermasalahkan apakah lompat itu sudah dilakukan secara efektif, efisien atau
belum, yang penting adalah siswa dapat melakukan peragaan berbagai bentuk
gerakan melompat dengan ataupun tanpa alat bantu, yang pada akhirnya siswa
mengetahui esensi wujud lompat dalam cabang olahraga atletik.
b.
Tujuan penghalusan maksudnya adalah
tujuan pembelajaran yang lebih menekankan pada perolehan pengetahuan dan kemampuan melakukan gerak secara efisien.
Misalnya: Siswa
mengetahui dan melakukan gerak melompat dengan mentransfer kecepatan awalan ke
dalam tolakannya.
Pada level ini wujud lompatannya sudah
menekankan pada esensi efisiensi gerak melompat ( misalnya: menggunakan kaki
terkuat saat melompat, lutut agak ditekuk saat menolak dan meluruskan lutut
pada saat lepas dari papan tolak, dsb) melalui peragaan.
c.
Tujuan penerapan maksudnya tujuan pembelajaran
yang lebih menekankan pada perolehan
pengetahuan dan kemampuan tentang efektif tidaknya gerakan yang
dilakukan melalui kriteria tertentu sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.
Misalnya siswa mengetahui
efektifitas gerak melompat yang dipelajarinya berdasarkan ketepatan menolak pada papan tolak. Siswa dapat
mengetahui dan menemukan pada jarak awalan berapa meter dengan seberapa cepat
sehingga ia dapat melakukan tolakan secara tepat dan konsisten pada papan
tolak.
Tujuan pembelajaran nomor lompat pada
contoh tersebut antara lain:
a.
Siswa mengetahui dan dapat melakukan berbagai
bentuk lompat
b.
Siswa
mengetahui dan dapat melakukan konsep gerak dasar lompat yang efisien
c.
Siswa
mengetahui jarak awalan standar untuk melakukan lompatan
d.
Siswa
mengenal gaya yang digunakan pada saat melayang
e.
Siswa
mengetahui standar kemampuan yang sudah dimilikinya dibandingkan derngan
standar yang seharus nya ia miliki.
Aspek
lain yang perlu diperhatikan guru adalah, siswa tidak harus terburu-buru
mendapatkan aktivitas belajar yang jauh di atas kemampuannya, sehingga
menyebabkan siswa jadi jenuh atau frustasi. Sebaliknya guru juga tidak selalu
memberikan aktivitas belajar yang terlalu mudah bagi siswa terampil, akan
tetapi selalu memberikan aktivitas sesuai dengan perkembangan siswa.
E.
MODIFIKASI MATERI PEMBELAJARAN
Modifikasi materi pembelajaran ini dapat
di klasifikasikan ke dalam:
a.
Komponen keterampilan (skill).
Materi pembelajaran penjas dalam
kurikulum pada dasarnya merupakan keterampilan-keterampilan yang akan
dipelajari siswa.
Guru dapat memodifikasi keterampilan
tersebut dengan cara mengurangi atau menambah tingkat kesulitan dengan cara
menganalisa dan membagi keterampilan keseluruhan ke dalam komponen-komponen ,
lalu melatihnya perkomponen.
Berlatih perbagian ini akan kurang
bermakna apabila siswa belum tahu ujud gerak secara keseluruhan. Oleh karena
itu berikan gambaran secara keseluruhan terlebih dahulu dengan demonstrasi guru
atau bimbinglah siswa melakukan gerak keseluruhan.
b.
Klasifikasi Keterampilan (skill).
Materi pembelajaran dalam bentuk
keterampilan yang akan dipelajari siswa dapat disederhanakan berdasarkan
klasifikasi keterampilannya dan memodifikasinya dengan jalan menambah atau
mengurangi tingkat kesulitannya.
Klasifikasi keterampilan tersebut yaitu:
1.
Close
skill (keterampilan tertutup)
2.
Close
skill pada lingkungan yang berbeda
3.
Open
skill (kerampilan terbuka), dan
4.
Keterampilan permainan
Close skill merupakan tingkat
keterampilan yang paling sederhana, sementara keterampilan permainan merupakan
tingkatan yang paling tinggi, termasuk di dalamnya permainan berbagai
kecabangan olahraga. Dalam tingkatan ini pemain selain dituntut menguasai
berbagai skill yang diperlukan untuk melakukan permainan, mengkombinasikan
skill yang berbeda, juga harus menguasai berbagai strategi, baik ofensif maupun
difensif.
c.
Kondisi penampilan.
Guru dapat memodifikasi kondisi
penampilan (skill) dengan cara mengurangi atau menambah tingkan kompleksitas
dan kesulitannya.
Misalnya tinggi rendahnya
kecepatan penampilan, tinggi rendahnya kekuatan penampilan, melakukan di tempat
atau bergerak, maju ke depan atau ke segala arah, dikurangi atau ditambah
peraturannya.
Contoh tersebut seringkali didapat dalam
gerak manipulatif misalnya : melempar, menangkap, atau memukul dan permainan.
d.
Jumlah Keterampilan.
Guru dapat memodifikasi pembelajaran
dengan jalan menambah atau mengurangi jumlah keterampilan yang dilakukan siswa
dengan cara mengkombinasikan gerakan atau keterampilan.
Misal: dalam permainan basket siswa
hanya diperbolehkan : lari, lempar, tangkap, dan menembak (shooting) berupa:
1.
Lari
ke tempat kosong tanpa bertabrakan
2.
Melempar
bola pada sasaran tanpa direbut lawan
3.
Menangkap
bola pada daerah yang aman
4.
Menembak
bola ke ring basket.
e.
Perluasan jumlah perbedaan respon.
Guru dapat menambah tingkat kompleksitas
dan kesulitan tugas ajar dengan cara menambah jumlah perbedaan respon terhadap konsep yang sama. Cara seperti
ini dimaksudkan untuk mendorong terjadinya “ transfer of learning”. Perluasan
aktivitas belajarnya berkisar antara aktivitas yang bertujuan untuk membantu
siswa mendefinisikan konsep sampai pada macam-macam aktivitas yang memiliki
konsep dasar sama.
Misal konsep panjang awalan dan
kekuatan.
Pada awalnya bentuk aktivitas berupa
pembelajaran lompat jauh tanpa awalan, awalan satu langkah, awalan tiga
langkah, dst.
Setelah siswa memiliki konsep bahwa
panjang awalan mempengaruhi kekuatan, maka konsep ini bisa ia terapkan misal
pada : lompat jangkit, lompat tinggi, melempar, menendang bola dan lain
sebagainya.
F.
MODIFIKASI LINGKUNGAN PEMBELAJARAN
Modifikasi pembelajaran dapat dikaitkan
dengan kondisi lingkungan pembelajaran. Modifikasi lingkungan pembelajaran ini
dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa klasifikasi seperti yang diuraikan di
bawah ini.
a.
Peralatan
Peralatan yang dimiliki sekolah-sekolah,
biasanya kurang memadai dalam arti kata kuantitas maupun kualitasnya. Peralatan
yang adapun dan sangat sedikit jumlahnya itu biasanya peralatan standar untuk
orang dewasa.
Guru dapat menambah/mengurangi tingkat
kompleksitas dan kesulitan tugas ajar dengan cara memodifikasi peralatan yang digunakan
untuk aktivitas pendidikan jasmani. Misalnya memodifikasi berat ringannya,
besar kecilnya, panjang pendeknya. maupun menggantinya dengan peralatan lain
sehingga dapat digunakan untuk berbagai bentuk kegiatan penjas.
b.
Penataan ruang gerak.
Guru dapat mengurangi atau menambah
tingkat kompleksitas dan kesulitan tugas ajar dengan cara menata ruang gerak
siswa dalam kegiatannya.
Misalnya : melakukan dribbling, pas
bawah atau lempar tangkap di tempat, atau bermain di ruang kecil atau besar.
c.
Jumlah siswa yang terlibat.
Guru dapat mengurangi atau menambah
tingkat kompleksitas dan kesulitan tugas ajar dengan cara mengurangi atau
menambah jumlah siswa yang terlibat dalam melakukan tugas ajar tersebut. Misal:
belajar pas bawah sendiri, berpasangan, bertiga, berempat dst.
Berkaitan dengan modifikasi lingkungan
pembelajaran tersebut komponen-komponen penting yang dapat dimodifikasi menurut
Aussie (1996), meliputi:
1. Ukuran, berat
atau bentuk peralatan yang digunakan
2. Lapangan
permainan
3. Waktu bermain
atau lamanya permainan
4. Peraturan
permainan, dan
5. Jumlah pemain
Sedangkan secara operasional Ateng
(1992), mengemukakan modifikasi permainan sebagai berikut :
a.
Kurangi jumlah pemain dalam setiap regu
b.
Ukuran lapangan diperkecil
c. Waktu bermain diperpendek
d. Sesuaikan tingkat kesulitan dengan
karakteristik anak
e.
Sederhanakan alat yang digunakan, dan
f. Ubahlah peraturan menjadi sederhana,
sesuai dengan kebutuhan agar permainan dapat berjalan dengan lancar.
Kondisi lingkungan
pembelajaran yang memenuhi syarat untuk cabang olahraga tertentu, artinya
memodifikasi lingkungan yang ada dan menciptakan baru, merupakan salah satu
alternatif yang dapat dikembangkan oleh guru sebagai upaya untuk menyesuaikan
dengan kerakteristik dan perkembangan siswa.